Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Perilaku Menyimpang pada Anak karena Kurang Penghargaan?

Reporter

Editor

Mila Novita

image-gnews
Seto Mulyadi. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Seto Mulyadi. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perilaku menyimpang pada anak semakin marak, mulai dari melakukan tindak kekerasan hingga hubungan seks di luar nikah lalu memviralkannya. Salah satu contohnya adalah beredarnya video viral di WhatsApp dan YouTube mengenai siswa-siswi yang mengenakan seragam SMK di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang melakukan hubungan seks di dalam kelas.

Baca juga: Anak Sudah Besar tapi Masih Mengompol? Cek Penyebab dan Terapinya

Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, perilaku menyimpang umumnya disebabkan kurangnya perhargaan terhadap potensi anak. Mereka baru diberi penghargaan ketika mendapatkan prestasi di bidang akademik. Akibatnya, mereka tidak dapat mengembangkan potensi dan melakukan hal-hal lain. 

"Ini lebih karena mereka juga korban dari situasi yang sangat tidak kondusif dimana banyak anak-anak remaja ini yang tidak dihargai potensinya yang saling berbeda," kata psikolog anak Seto Mulyadi saat dihubungi di Jakarta, Sabtu, 15 Juni 2019.

Menurut dia, mereka yang sukses di luar bidang akademik seperti pintar menggambar, menyanyi dan bagus di bidang olahraga, tidak mendapatkan apresiasi sehingga banyak dari mereka yang mengalami frustrasi, dan mereka rentan untuk melakukan perilaku yang menyimpang.

Padahal, kata dia, isi pendidikan mencakup pertama adalah etika, kedua adalah estetika, dan ketiga adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Jadi, etika harus menjadi poin utama dalam pendidikan. Namun, sering kali diutamakan lebih kepada iptek.

Seto mengatakan semua pihak perlu menyadari bahwa banyak anak remaja di Indonesia yang tergelincir melakukan berbagai perilaku menyimpang, beberapa di antaranya adalah narkoba, tawuran, perundungan, LGBT (lesbian-gay-biseksual-transgender), seks bebas, dan pornografi.

Untuk itu, dia menambahkan pendidikan tentang etika, karakter dan moral perlu ditingkatkan ke depan, bukan sekadar menekankan pada pendidikan akademik.

"Isi pendidikan kita nomor satu etika, etika kan nilai-nilai moral itu yang harus lebih utama," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam pengajaran tentang etika, anak-anak bukan hanya sekadar diperintahkan tapi juga karena adanya keteladanan dengan contoh-contoh misalnya menunjukkan pendidikan yang penuh kasih sayang, pendidikan yang penuh apresiasi dan penghormatan kepada anak didik.

Dia menyebutkan mungkin perlu ada peningkatan pelatihan pada guru-guru untuk menekankan pendidikan penuh kasih sayang seperti mengajar dan mendidik dengan anak dengan hati bukan dengan cara-cara kekerasan.

Pendidikan tentang etika harus diajarkan melalui keteladanan, namun keteladanan sering diabaikan. Pendidikan tentang etika menjadi penting untuk mengajarkan anak bersikap santun, tahu tata krama, hormat kepada orang tua dan guru.

Demikian pula dengan pendidikan tentang estetika harus dicerminkan melalui perilaku dan sikap seperti keindahan atau cara bertutur kata.

Dalam hal ini, guru, orang tua tidak main bentak dan marah-marah kepada anak, begitu juga mungkin para pemimpin di layar televisi berpotensi menunjukkan arogansi kekerasan.

Baca juga: Bahaya Menggelitik Anak, Bisa Kesulitan Bernapas hingga Trauma

Jika kondisi sebaliknya yang sering dilihat anak, maka akhirnya anak bingung sehingga tergelincir dalam berbagai perilaku menyimpang, salah satu di antaranya adalah terjadi hubungan seksual secara bebas.

ANTARA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

20 jam lalu

Jenderal Sudan Abdel Fattah al-Burhan. REUTERS
Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

23 jam lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

23 jam lalu

Warga Palestina, yang menjadi pengungsi akibat serangan militer Israel di Gaza selatan, berusaha untuk kembali ke rumah mereka di Gaza utara melalui pos pemeriksaan Israel, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, seperti yang terlihat dari Jalur Gaza tengah 15 April. 2024. REUTERS/Ramadan Abed
10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

1 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

2 hari lalu

Ilustrasi guru sedang berdiskusi dengan siswa sekolah.
Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.


Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

2 hari lalu

Ilustrasi anak sedang menggambar/UNICEF
Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

Orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi di berbagai bidang, baik seni maupun bidang lain.


Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

2 hari lalu

Ilustrasi dosen sedang mengajar. shutterstock.com
Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.


Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

3 hari lalu

Kepala Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta Tony Spontana menaburkan bunga di nisan Nyi Hadjar Dewantara dalam peringatan hari pendidikan nasional di Taman Makam Wijaya Brata, Yogyakarta, 2 Mei 2016. Upacara dan ziarah makam tersebut dihadiri ratusan siswa/i serta keluarga besar Ki Hadjar Dewantara. TEMPO/Pius Erlangga
Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.


Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

3 hari lalu

Warga membeli seragam sekolah di Pasar Jatinegara, Jakarta, Ahad, 29 Agustus 2021. Permintaan seragam sekolah meningkat menjelang pelaksanaan sekolah tatap muka di Jakarta yang akan dimulai Senin esok, 30 Agustus 2021. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

Makna mendalam dibalik logo pendidikan Indonesia, Tut Wuri Handayani


KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

3 hari lalu

Wakil Ketua KPK Johanis Tanak (tengah) bersama Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki (kedua kanan), Deputi Kementerian PPN/Bappenas Amin Almuhami (kedua kiri), Irjen Khusus Kemendagri Teguh Narutomo (kiri) dan Dirjen Dikti Kemenristek Dikti Abdul Haris (kanan), mengikuti acara peluncuran Indeks Integritas Pendidikan 2023 dan sosialisasi SPI Pendidikan 2024 di Gedung ACLC KPK, Jakarta, Selasa, 30 April 2024. Berdasarkan hasil survey KPK, indeks Integritas Pendidikan di Indonesia mendapatkan nilai 73,70 dengan masih dijumpai beberapa temuan terkait kejujuran akademik, gratifikasi di sekolah maupun kampus hingga penyelewengan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). TEMPO/Imam Sukamto
KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

Modus penyalahgunaan dana BOS terbanyak adalah penggelembungan biaya penggunaan dana, yang mencapai 31 persen.